Sekolah KAMI

Sekolah KAMI
Sekolah KAMI (Komunitas Anak Miskin) atau yang akrab disebut sekolah rakyat, terbentuk sejak tahun 2007. bergerak pada isu pendidikan. sekolah ini mendampingi anak-anak pemulung yang terletak di pintu nol politeknik belakang workshop Unhas. anak-anak disana berusia dari 7-12 tahun. beberapa diantaranya masih buta baca dan tulis. Saat ini kami sedang memanajemen kembali sekolah tersebut dengan mengumpulkan volunter, membuat metode pembelajaran baru, perbaikan sekolah dan penyediaan kebutuhan belajar. Kepada teman-teman yang ingin membantu seperti menyumbang buku tulis, alat tulis, buku cerita, ataupun bahan bacaan untuk anakanak yang berkaitan dengan seni, olahraga, lingkungan, budaya, agama dll, dapat menghubungi di nomor 085299256350 [Ana]. Terima Kasih. ^_^

Minggu, November 30, 2008

Dilema Budaya Bugis-Makassar Mencegah HIV/AIDS



Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi informasi serta mewabahnya konsumerisme khususnya di Sulawesi Selatan, maka arus masuknya budaya luar tak tertahankan.

Pergeseran pola pikir pun terjadi dalam lingkup masyarakat Sulawesi Selatan.
Ternyata perkembangan di bidang ekonomi tersebut, menurut pengamat budaya, Fecky Librian, dibarengi dengan pengrusakan nilai-nilai budaya yang sebelumnya dijunjung tinggi masyarakat Sulsel. Degradasi nilai budaya itu pun telah menjadi salah satu faktor non-teknis dalam penyebaran wabah global yang hingga hari ini belum ditemukan upaya pengobatannya.

"Di ibukota Sulsel misalya, dimana pusat perbelanjaan dan hiburan berkembang pesat tak pelak menjadikan Sulsel sebagai sasaran empuk masuknya pengaruh dari luar," tambah Fecky.
Wabah ini yaitu HIV/AIDS, dimana Sulsel mejadi salah satu daerah wabah di Kawasan Timur Indonesia. "Dari fenomena ini, diharapkan budaya daerah Bugis-Makassar yakni Siri' dapat menjadi benteng pertahanan diri masyarakat Sulsel," katanya.
Namun, tambah Fecky, Siri’ pulalah yang menjadi 'penghambat' dalam upaya pemerintah, LSM, dan organisasi lain yang berupaya untuk melakukan pencegahan penyebaran HIV/AIDS.
"Pembicaraan menyangkut penggunaan kondom, hubungan seks yang aman, dan pencegahan narkoba dengan penyuluhan-penyuluhan dianggap melanggar batas-batas wilayah Siri’ tadi," jelasnya.
Jika dalam suatu masyarakat, tambahnya, diadakan penyuluhan hubungan seks secara aman, maka masyarakat urung untuk mengikutinya dengan dalih masih punya Siri’ atau tidak ingin wilayah privasinya dilanggar.
Tapi ini menjadi hal yang bertolak belakang dengan melihat angka kejadian perilaku seks yang menyimpang di Sulsel. Siri’ seakan dilupakan ketika mereka berperilaku seks bebas, namun Siri’ pulalah yang dijadikan alasan untuk tidak mencoba mengetahui upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS yang lebih besar.
Menurut Fecky, Siri’ dapat menjadi senjata kita untuk mencegah tersebarnya HIV/AIDS dengan menempatkannya pada tataran nilai yang benar. Yaitu sebagai pertahanan diri untuk mengatakan tidak pada perilaku seks menyimpang dan penyalahgunaan Narkoba.
"Siri’ harus disingkirkan ketika kita memberikan pengetahuan tentang upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS dengan cara apapun," jelasnya.
Jadi kesimpulannya, bagaimana menempatkan segala sesuatu tersebut pada tempat yang sebenarnya sehingga tidak menjadi penghambat, melainkan menjadi faktor pendukung untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

indahnya kebersamaan.. HOLISTIC '07 -Ners UNHAS 2007

indahnya kebersamaan.. HOLISTIC '07 -Ners UNHAS 2007
I Love You All,my friends... Saya bersyukur bisa mengenal kalian...

"Bahagia Ada Pada Jiwa Yang Bersyukur"_"Buka mata, Buka hati dan Buka Pikiran"_"Allah Slalu Dekat"

Ners,, Gue Bangets!!!

Ners,, Gue Bangets!!!
Bekerja dengan Hati !!!

Proud to be a Nurse

Proud to be a Nurse
I luv being a Ners!!! Registered Nurse!!! Yuk,, blajar mencintai profesi kita nantinya,, skarang dan akan datang,, tak kan pudar.. Teriakkan,"Saya Bahagia Menjadi NeRs!!! Saya cInta ProfesI iNi...!!! Citra Ners Harus semakin BAik karena Keberadaan saYa dan teMan-teMan...!!! Menjadi Ners adalah Panggilan Hidup!!! Syala,la,la..."